Jeremy Bentham & Jhon Stuart Mill - Filsuf Pendiri Utilitarianisme

 Jeremy Bentham

    Jeremy Bentham merupakan seorang filsuf, ahli hukum dan ekonom asal Inggris. Ia dilahirkan di London, menempuh pendidikan di Oxford, dan kemudian mendapatkan kualifikasi sebagai seorang barrister (advokat) di London. Jeremy dikenal dengan teori utilitarianisme modernnya hingga kini. 

    Bentham mendefinisikan sebagai aksioma mendasar dari filosofinya, dengan prinsip bahwa "kebahagiaan terbesar dari jumlah terbesarlah yang menjadi ukuran benar dan salah". Ia menjadi ahli teori terkemuka dalam filsafat hukum Anglo-Amerika, dan seorang radikal politik yang gagasannya memengaruhi perkembangan welfarisme.

Pendidikan Jeremy Bentham 

    Jeremy Bentham lahir di London, Inggris pada 15 Februari 1748. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, ia adalah seorang filsuf Inggris, ekonomi dan ahli hukum penggagas teori utilitarianisme. 

    Pada usia empat tahun, Jeremy Bentham semangat mempelajari bahasa Latin. Sebagian besar masa kecilnya berada di rumah pedesaan milik neneknya. Jeremy Bentham bersekolah di Westminster School dan memenangkan juara menulis puisi Yunani dan Latin. Kemudian pada 1760. Pada bulan November, Jeremy Bentham masuk ke Lincoln’s Inn untuk mempelajari hukum. Ia juga menjadi mahasiswa di King’s Bench di Pengadilan Tinggi. Saat itu, ia tertarik dengan keputusan Ketua Mahkamah Agung, Lord Mansfield. Pada 1763 bulan Desember, ia mendengarkan ceramah Sir William Blackstone di Oxford. Ia pun semakin mempelajari aspek pelanggaran hukum yang lebih teoritis daripada membaca buku hukum. Pemikiran Bentham amat dipengaruhi oleh filsuf Prancis sebelum revolusi. Ide mereka dikembangkan lebih lanjut oleh Bentham, yang kemudian memengaruhi sosialisme di Inggris pada abad 19. 

Bentham dan para pengikutnya yang utama adalah para freethinker (pemikir bebas, tak beragama). Karena saat itu, para freethinker tidak diperkenankan masuk ke Universitas Oxford ataupun Cambridge, mereka pun mendirikan universitas baru. Namanya adalah University College London, yang berdiri tahun 1826. Jeremy Bentham terus hadir di kampus itu sampai hari ini (dalam pengertian harafiah). Di aula masuk, jasadnya yang telah dibalsem dipajang dalam sebuah kotak kaca, lengkap dengan pakaian yang biasa dikenakannya.

Karya Jeremy Bentham dan Kontribusinya dalam Pemerintahan

    Karya Jeremy Bentham yang pertama yakni buku berjudul A Fragment on Government yang rilis pada 1776. Dalam sub judul ‘Being an Examination of What Is Delivered, on the Subject of Government in General, in the Introduction to Sir William Blackstone’s Commentaries’ ia menemukan kesalahan terkait komentar Blackstone tentang ‘antipati terhadap reformasi’. Pada masa itu, ia menulis berbagai karya yang kemudian diterbitkan dalam bahasa Prancis oleh penggemarnya, Etienne Dumont pada 1811. Buku terjemahan itu berjudul Theory of Punishments and Rewards. Karya tersebut muncul dalam bahasa Inggris dengan judul The Rationale of Reward pada 1825 dan The Rationale of Punishment pada 1830. 

    Karya berikutnya, adalah mengenai politik ekonomi dengan prinsip laissez-faire dengan beberapa modifikasi. Melalui karyanya yang berjudul Manual of Political Economy pada 1800, Jeremy Bentham memberikan daftar terkait apa saja yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh negara. Karyanya yang berjudul An Introduction to the Principles of Morals and Legislation terbit pada 1789. Di dalamnya, Jeremy Bentham mendefinisikan prinsip utilitarianisme sebagai ‘kepemilikan setiap objek cenderung menimbulkan kesenangan, kebaikan atau kebahagiaan, atau berguna untuk mencegah terjadinya kejahatan, rasa sakit dan ketidakbahagiaan bagi pihak yang kepentingannya sedang ‘dipertimbangkan’’.

John Stuart Mill

 

    John Stuart Mill juga dikenal sebagai J. S. Mill merupakan seorang filsuf ekonom asal Inggris. Ia dikenal akan minatnya terhadap logika dan teori etika. Ia adalah salah satu pemikir paling berpengaruh dalam sejarah liberalisme klasik. Ia berkontribusi secara luas pada teori sosial, teori politik, dan ekonomi politik. atau juga Dijuluki "filsuf berbahasa Inggris paling berpengaruh pada abad kesembilan belas". Jhon adalah filsuf pendukung Utilitarianisme, sebuah teori etika yang dikembangkan oleh pendahulunya Jeremy Bentham. Dia berkontribusi pada penyelidikan metodologi ilmiah, meskipun pengetahuannya tentang topik itu didasarkan pada tulisan-tulisan para pemikir seperti William Whewell, Jhon Herschel, dan Auguste Comte, dan penelitian yang dilakukan untuk Mill oleh Alexander Bain. Dia pernah terlibat dalam debat tertulis dengan Whewell. 

Pendidikan John Stuart Mill

    Pada usia delapan tahun, Mill mulai belajar Bahasa Latin, karya Euklides, dan aljabar, dan diangkat sebagai pemimpin untuk anak-anak yang lebih muda dari keluarganya. Pada masa ini, bacaan utamanya adalah sejarah, tetapi dia kemudian membaca semua karya-karya Latin dan Yunani yang diajarkan secara umum.

    Pada usia sepuluh tahun, ia dapat membaca karya-karya Plato dan Demosthenes dengan mudah. Di waktu senggangnya, ia juga senang membaca tentang ilmu pengetahuan alam dan novel populer, seperti Don Quixote dan Robinson Crusoe. 

    Pada usia dua belas tahun, Mill memulai studi menyeluruh tentang logika skolastik dan membaca tulisan-tulisan Aristoteles dalam bahasa aslinya. Pada tahun berikutnya ia diperkenalkan ekonomi politik dan belajar Adam Smith dan David Ricardo dengan ayahnya, bersama-sama mempelajari pandangan ekonomi klasik tentang faktor-faktor produksi. 

    Pada usia empat belas tahun, Mill tinggal setahun di Prancis bersama keluarga Samuel Bentham, saudara Jeremy Bentham. Di Montpellier, ia mengikuti kursus musim dingin tentang kimia, zoologi, logika di Faculté des Sciences, serta mengambil kursus matematika dengan tingkat yang lebih tinggi. 

Karya dan Pemikiran Jhon Stuart Mill 

Utilitarianisme

    John Stuart Mill percaya pada filosofi utilitarianisme, yang akan dia gambarkan sebagai prinsip yang menyatakan "bahwa suatu tindakan adalah benar dalam tindakan itu cenderung mempromosikan kebahagiaan, dan suatu tindakan itu adalah salah karena mereka cenderung menghasilkan kebalikan dari kebahagiaan". Kebahagiaan yang dia maksud adalah "kesenangan yang diinginkan, dan tidak adanya rasa sakit; yang dimaksud ketidakbahagiaan adalah rasa sakit, dan hilangnya kesenangan".

Filsafat ekonomi 

    Filosofi Ekonomi awal Mill adalah Pasar Bebas. Namun, ia menerima intervensi dalam ekonomi, seperti pajak alkohol, jika ada alasan utilitarian yang cukup. Dia juga menerima prinsip intervensi legislatif untuk tujuan kesejahteraan hewan. Dia awalnya percaya bahwa "kesetaraan perpajakan" berarti " persamaan pengorbanan " dan bahwa perpajakan progresif menghukum mereka yang bekerja lebih keras dan menabung lebih banyak dan karena itu merupakan "bentuk perampokan ringan".

Sebuah sistem logika

    Mill terlibat dalam perdebatan tentang metode ilmiah atas publikasi Jhon Herschel tahun1830 tentang A Preliminary Discourse on the study of Natural Philosophy, yang menggabungkan penalaran induktif dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, menemukan hukum umum dalam fakta spesifik dan memverifikasi hukum ini secara empiris. William Whewell memperluas hal ini dalam History of the Inductive Sciences tahun 1837-nya, from the Earliest to the Present Time, diikuti pada tahun 1840 oleh The Philosophy of the Inductive Sciences, Founded Upon their History, menyajikan induksi sebagai pikiran yang melapiskan konsep pada fakta. Hukum adalah kebenaran yang terbukti dengan sendirinya, yang dapat diketahui tanpa perlu verifikasi empiris.

Utilitarianisme

    Utilitarianisme adalah teori etis dan filosofis yang menyatakan bahwa tindakan terbaik adalah tindakan yang memaksimalkan utilitas. Utilitas itu sendiri bukanlah konsep yang sederhana, meskipun tujuannya adalah untuk mewakili keadaan yang baik untuk individu. Utilitarianisme adalh sebuah penilaian atas tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang berlandaskan atas dasar tindakan yang maksimal. 

    Jeremy Bentham, pendiri utilitarianisme, menggambarkan utilitas sebagai jumlah dari semua kesenangan yang dihasilkan dari suatu tindakan, dikurangi penderitaan apa pun yang terlibat dalam tindakan tersebut. Utilitarianisme adalah versi konsekuensialisme, yang menyatakan bahwa konsekuensi dari setiap tindakan adalah satu-satunya standar benar dan salah. Tidak seperti bentuk konsekuensialisme lainnya, seperti egoisme dan altruisme, utilitarianisme menganggap kepentingan semua makhluk sama.

Perbedaan Hedonisme dan Utilitarianisme

    Hedonisme berpendapat bahwa kesenangan fisik untuk satu diri adalah satu-satunya hal yang baik, dan lebih banyak selalu lebih baik. Utilitarianisme berpendapat bahwa tindakan yang menghasilkan utilitas paling banyak adalah satu-satunya hal yang baik, dan utilitas dapat didefinisikan sebagai jumlah kesenangan terbesar untuk jumlah orang terbesar, bukan hanya satu diri. 

    Kedua perilaku ini selalu ada di setiap konsumen.Baik secara terpisah maupun secara bersamaan. Sudah menjadi rahasia umum, perilaku hedonisme dan utilitarianisme dimanfaatkan para produsen (pemasar) untuk meningkatkan laba perusahaannya.
Menurut riset pemasaran dunia, konsumen indonesia adalah konsumen yang memiliki kecenderungan hedonisme yang tinggi. Hal itu dilihat dari perkembangan produk yang dinamis, rasa sosial , dan tingkat gengsi yang tinggi pula.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Kalbe Farma Tbk